skip to main |
skip to sidebar
study: fikir dan zikir
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
fikir dan dzikir adalah suatu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam hidup dan kehidupan ini. Seorang siswa yang belajar bisa disebut juga
sedang melakukan fikir dan dzikir, dalam hal ini
memikirkan dan mengingat semua pelajaran yang ia terima. Demikian pula misalnya
saat kita mengendarai kendaraan dijalan raya yang ramai, maka kita dituntut
untuk berfikir bagaimana caranya agar tidak celaka atau salah jalan sehingga
mencelakakan diri kita sendiri, dan dalam saat bersamaan kitapun dituntut untuk
melakukan dzikir atau mengingat mana yang harus dilakukan saat itu
Kedua potensi di atas harus dapat
disinergikan. Pola fikir yang terlepas dari ikatan zikir akan dapat
menghasilkan pola-pola fikir yang sifatnya destruktif dan negatif hingga
melanggar larangan Allah. Para koruptor, pelaku maksiat mengetahui yang mereka
lakukan salah tetapi mereka tidak berzikir kepada Allah. Demikian sebaliknya,
berzikir tanpa mengasah olah fikir untuk menemukan keagungan Allah di alam
sekitar dan sebagainya bukan merupakan suatu hal yang terpuji pula. Oleh karena
itu fikir untuk zikir sangat diperlukan oleh kita semua.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dalam pembahasan ini
adalah:
1.
Apakah yang
dimaksud dengan fikir dan zikir?
2.
Mengapa dalam
kehidupan fikir dan zikir tidak dapat dipisahkan?
3.
Seberapa
pentingkah fikir untuk dzikir dalam kehidupan kita?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
FIKIR
Berfikir merupakan suatu
proses mencerna dan memahami kondisi yang ada di sekitar dalam rangka
menghasilkan sebuah tanda tanya maupun jawaban yang muncul dalam diri
seseorang. Dalam Islam seni berfikir sangat dihargai dan bahkan menjadi anjuran
dari Allah agar seorang hamba dapat mengoptimalkan daya fikir dalam mencerna
seluruh obyek di alam untuk mengetahui dan memahami pencipta itu sendiri.
Apabila kita membaca Al-Quran akan ditemukan sangat banyak ayat yang
memerintahkan dan menuntun supaya berfikir, oleh karena itu aktivitas kegiatan
berfikir menjadi suatu hal yang cukup urgens dalam Islam.
Seperti wahyu pertama yang turun kepa Nabi Saw, adalah perintah
agar berpikir. Qs. Al-alaq:1-5
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia ciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah karena Tuhanmu itu sangat mulia; Yang mengajar dengan Qalam. Dia
mengajar manusia apa yang mereka tidak tahu.
Perintah membaca pada ayat
diatas, bukan hanya dalam konteks dimana Nabi disuruh oleh malaikat Jibril
membaca saat turun wahyu pertama saja, akan tetapi bisa kita tafsirkan secara
luas dalam konteks masa kini. Dimana membaca adalah awal dari berpikir. Awal
dari mencari tahu dan melakukan penyelidikan, awal dari menganalisa serta awal
dari suatu pemahaman ataupun kesimpulan.
Dari surah diatas kita bisa
belajar banyak hal, bahwa Tuhan sendiri sejak awal tidak menyuruh manusia untuk
mematikan rasio atau kemampuan intelegensianya, sebaliknya manusia disuruh
untuk membaca kekuasaan Tuhannya, mewajibkan manusia menganalisa melalui ilmu
kedokteran untuk mencari tahu bagaimana proses awal dari kelahiran manusia itu
sendiri sehingga diharapkan manusia itu menjadi sadar betapa kompleks dan
rapinya karya Tuhan dalam penciptaan, karena itu secara sadar dan logis kitapun
diharapkan untuk memuliakan-Nya.
Berfikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan
hubungan-hubungan antara pengetahuan kita. Berfikir merupakan proses yang
“dialektis” artinya selama ini kita berfikir, pikiran kita dalam keadaan tanya
jawab, untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan kita. Dalam berfikir kita
memerlukan alat yaitu akal(rasio). Hasil berfikir dapat diwujudkan dengan
bahasa dan kata. Kita tidak mungkin dapat memahami pikiran seseorang kalau
tidak diwujudkan dalam bentuk ucapan, tulisan atau isyarat. Pikiran dan perkataan
adalah identik, tidak berbeda satu sama lainnya. Pikiran adalah perkataan dan
perkataan adalah pikiran. Angan-angan, khayalan, pikiran yang berkecamauk dalam
dada dan kepala kita tidak lain adalah bisikan kata yang amat lembut. Kata-kata
mewakili pikiran ini bukan sekedar coretan pena yang dituliskan atau suara
gaduh yang diucapkan, tetapi merupakan susunan kata yang mewakili maksud
tertentu yang lengkap.
Melihat sejarah umat
Islam ke belakang, pada hakikatnya besar dan berkembangnya Islam tidak terlepas
dari gerakan yang cukup besar dari aktivitas pola fikir para mujtahid dalam
berbagai disiplin keilmuan Islam . Para imam mujtahid dalam hukum Islam misalnya,
merumuskan hukum Islam dalam bentuk yang spesifik dan rinci diberbagai masalah
yang tidak ditemukan jawabannnya baik dalam Al-Quran, sunnah rasul maupun
perilaku para sahabat sehingga harus berfikir secara mendalam untuk menemukan
jawaban-jawabannya dengan mencurahkan segala kemampuan yang mereka miliki.
1.
Langkah-langkah
Berfikir Filosif Berdasarkan Al-Quran
Karena kedudukan dan peranan berpikir begitu
penting, al-Quran tidak saja memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya,
tetapi juga memberikan pedoman, langkah-langkah metodelogis, serta teknis penggunaan akal dengan metode dan teknis yang lurus dan
meluruskan kearah pencapaian kebenaran yang sebenarnya (haq). Jika kandungan
al-quran diteliti dan dikaji, akan ditemukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Al-Taharrur min quyud al-Takhalush‘an Aghlal al-Taqlid. Yaitu, upaya
membebaskan pemikiran dari belenggu taqlid serta menggunakan kebebasan berpikir
sesuai dengan prinsip-prinsip pengetahuan (metode ilmiah).
2.
Al-Ta’ammul wa al Musyahadah. Yaitu langkah meditasi dan pencarian bukti
atau data ilmiah empiris.
3.
Al-Bahts wa al-Muwajanah wa al-Istiqra. Yaitu langkah analisis,
pertimbangan, dan induksi. Langkah ini merupakan kegiatan penalaran dengan
pedoman pada prinsip penalaran untuk menemukan kebenaran filosofis dari
data-data empiric yang ditemukan.
4.
Al-Hukm mabni ‘ala al-Dalil wa al-Burhan. Yaitu langkah membuat keputusan
ilmiah yang didasarkan atas argument dan bukti ilmiah.
Manusia mesti menyadari keterbatasan kemampuan akal dalam memikirkan objek pikir.
Oleh karena itu kerap kali terjadi kesalahan-kesalahan dalam melakukan kegiatan
berpikir. Adapun kesalahan berfikir bisa disebabkan
oleh:
1.
Ketergesa-gesaan dalam membuat keputusan
2.
Menganggap mudah dalam mengajukan proposisi, tidak teliti dan tidak hati-hati
3.
Membangga-banggakan kemampuan pikir dan pendapat diri sendiri
4.
Tradisi yang keliru
5.
Mengikuti hawa nafsu
6.
Senang berselisih pendapat
7.
Haus pujian orang lain.
2.
Prinsip-prinsip Pentingnya Berfikir
Didalam
Al-quran , ditemukan prinsip-prinsip pentingnya berpikir, yaitu:
a.
Salah satu ciri yang membedakan manusia dari hewan terletak pada potensi
nalar (nathik), kegiatan nalar, atau kegiatan berpikir dalam merenungkan obyek
pikir. Eksistensi dan fungsionalisasi akal dapat meningkatkan derajat dan
status keberadaan manusia dalam menjalankan tugas sebagai pemegang amanat,
ibadah, risalah, dan khilafah di muka bumi.
b.
Berpikir termasuk kegiatan bersyukur terhadap nikmat Allah, sedangkan
mensyukuri nikmat Allah termasuk ketaatam yang bernilai ibadah. Jadi, berpikir itu
pada hakekatnya adalah ibadah yang merupakan bagian dari amanat kemanusiaan.
c.
Al-quran mengecam orang-orang yang taqlid dan orang-orang yang tidak mau
menggunakan potensi indrawinya.
d.
Rasulullah, penerima al-quran yang pertama dalam sabdanya sering menerangkan
kemulyaan orang-orang yang berilmu. Bahkan, nilai kerja seseorang yang lahir
dari pemikiran dipandang lebih baik dari pada pekerjaan yang tidak berdasarkan
pamikiran (ilmu).
e.
Bahwa berpikir itu sangat penting, apalagi mengetahi metodelogi berpikir yang
akan menjadi penuntun kearah berpikir benar dalam menegakan kebenaran yang sebenar-benarnya.
B.
ZIKIR
Dalam Islam umat Islam tidak hanya dituntut
dalam mengenal Tuhan, alam, termasuk dirinya sendiri hanya dengan melalui
berfikir. Ada satu cara yang tujuannya untuk mendekatkan diri dan lebih dekat
kepada pencipta seluruh alam semesta dengan melalui berzikir. Dalam pengertian
sempit zikir dimaknakan dengan kegiatan mengucapkan nama-nama Allah yang agung
dan mulia dalam rangka memuji dan membesarkannya. Dalam pengertian luas zikir
adalah seluruh aktivitas dan gerak memahami kekuasaan Allah yang tujuannya
untuk lebih dekat denganNya. Oleh karena itu, perintah zikir tidak hanya pada
saat sholat, di masjid, mushola, dan sebagainya. Tetapi dalam seluruh kondisi
dan tempat selalu dituntut untuk tetap berzikir. Dimana dalam surah Al-Imran:191
yang artinya :
“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka”.
Ayat diatas mendahulukan zikir, karena dengan zikir mengingat
Allah dan menyebut-nyebutkan nama dan keagungan-Nya, hati akan menjadi tenang,
dan dengan ketenangan pikiran akan menjadi cerah, bahkan siap untuk memperoleh
limpah ilham dan bimbingan ilahi, untuk mendapatkan pengtahuan Zikir adalah
pemujaan, pengagungan, pemujian dan kebijaksanaan Allah SWT. Dengan
kesempurnaan, kemuliaan, dan keindahan yang dilafalkan dengan mulut atau
terdetik dalam hati .
Ayat diatas juga menunjukkan bahwa semakin banyak hasil yang diperoleh dari
zikir, maka semakin luas pengetahuan tentang alam raya, semakin dalam pula rasa
takut kepada-Nya, yang antara lain tercermin pada permohonan untuk dihindarkan
dari siksaan dan neraka.
Zikir dapat dibagi kedalam dua bagian,
pertama, zukir lisan; kedua, zikir qalbi. Zikir qalbi yaitu zikir yang disertai
dengan muraqabah dan tafakkur lebih utama daripada zikir lisan. Muraqabah yaitu
mengingat Allah dalam hati.
C.
FIKIR UNTUK
ZIKIR
Seperti dijelasakan pada ayat sebelumnya
surah Al-imran ayat 191 yang artinya “ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : ya Tuhan kami tiadalah engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari
siksa neraka.
Ayat di
atas begitu jelas menggambarkan bahwa kegiatan berfikir tidak dibatasi oleh
kondisi dan situasi apa pun tetapi harus terus dilakukan secara terus-menerus.
Dan perlu dicatat bahwa Islam tidak memisahkan proses zikir dan fikir. Apabila
dicermati lebih jauh kerangka kerja antara fikir dan zikir dalam kehidupan
sehari-hari kita akan dapat membedakannya sebagai dua potensi yang menghasilkan
efek berbeda. Berfikir mencoba dan menemukan apa yang belum diketahui untuk
selanjutnya merumuskannya. Hasilnya pun tidak hanya sebatas untuk kepentingan
pribadi, tetapi dapat bermanfaat kepada umat manusia. Sebagai contoh, Ibn sina,
ibn Rusydi, ibn batutah, dan sebagainya menghasilkan beragam karya yang sampai
sekarang dapat dimanfaatkan seluruh umat manusia.
Sedangkan
zikir punya efek yang lebih kuat dan besar hanya kepada individu pelakunya
sendiri. Dengan bentuk perbaikan perilaku, akhlak , kebaikan, dan dekatnya kepada
sang pencipta. Namun keduanya, tetap menyatu pada diri seseorang sekalipun
saling punya kekuatan yang positif bagi seorang muslim. Dengan menyeimbangkan antara berfikir dan berzikir, berfikir untuk
menganali dan memahami Ayat-ayat Allah, sedangkan berzikir untuk menyucikan
kita dalam berfikir, karena konsep mencari ilmu dalam perspektif islam dibangun
diatas kesalehan dan kejernihan hati pencarinya.
fikir
dan zikir dalam Al-Quran dimaksudkan tidak lain adalah sebagai sebuah sarana
atau alat yang dapat menyampaikan seseorang hamba kepada kesimpulan tauhid yang
kuat dan kokoh dengan adanya pengakuan secara sadar dan mendalam dari fenomena
di alam ini akan kebesaran dan kuasanya Allah. Selanjutnya, supaya kita
mengenal kedudukan dan status diri kita yang hina, lemah dan tidak ada daya
upaya untuk menentang Allah Swt. Sehingga fikir dan
zikir adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam memperoleh
pengetahuan karena zikir merupakan penyucian terhadap fikir, oleh karena itu
apabila kita mendapatkan potensi berfikir yang lebih maka harus memperganakan
untuk memahami ayat-ayat Allah.
KESIMPULAN
Berfikir merupakan suatu proses mencerna
dan memahami kondisi yang ada di sekitar dalam rangka menghasilkan sebuah tanda
tanya maupun jawaban yang muncul dalam diri seseorang. Secara umum berfikir
yaitu memberikan peranan kepada akal agar menemukan jalan keluar dari
permasalahan.
Dalam pengertian sempit zikir dimaknakan
dengan kegiatan mengucapkan nama-nama Allah yang agung dan mulia dalam rangka
memuji dan membesarkanNya. Dalam pengertian luas zikir adalah seluruh aktivitas
dan gerak memahami kekuasaan Allah yang tujuannya untuk lebih dekat denganNya.
Fikir dan zikir adalah dua potensi sangat
besar yang hanya dimiliki seorang muslim yang serius menfungsikannya.
Dengan kedua potensi ini dimaksudkan agar dapat menjadi seorang hamba merasakan
betapa besar dan agung Allah, besertaan merasa hina dan lemahnya manusia di
hadapan-Nya. Dengan demikian, akan berdampak positif tidak hanya kepada
individu tertentu masyarakat sampai bangsa tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kandhalawi, Maulana Muhammad Zakariyya. 1993, Kitab Fahail
A’mal. Jawa Barat: Pustaka Ramadhan
Mundiri.
2010, Logika. Jakarta: Rajawali Pers
0 comments:
Post a Comment