Saturday, November 16, 2013

study: fikir dan zikir





BAB I


PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG


 


fikir dan dzikir adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam hidup dan kehidupan ini. Seorang siswa yang belajar bisa disebut juga sedang melakukan fikir dan dzikir, dalam hal ini memikirkan dan mengingat semua pelajaran yang ia terima. Demikian pula misalnya saat kita mengendarai kendaraan dijalan raya yang ramai, maka kita dituntut untuk berfikir bagaimana caranya agar tidak celaka atau salah jalan sehingga mencelakakan diri kita sendiri, dan dalam saat bersamaan kitapun dituntut untuk melakukan dzikir atau mengingat mana yang harus dilakukan saat itu


Kedua potensi di atas harus dapat disinergikan. Pola fikir yang terlepas dari ikatan zikir akan dapat menghasilkan pola-pola fikir yang sifatnya destruktif dan negatif hingga melanggar larangan Allah. Para koruptor, pelaku maksiat mengetahui yang mereka lakukan salah tetapi mereka tidak berzikir kepada Allah. Demikian sebaliknya, berzikir tanpa mengasah olah fikir untuk menemukan keagungan Allah di alam sekitar dan sebagainya bukan merupakan suatu hal yang terpuji pula. Oleh karena itu fikir untuk zikir sangat diperlukan oleh kita semua.


 


B.     RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dalam pembahasan ini adalah:


1.      Apakah yang dimaksud dengan fikir dan zikir?


2.      Mengapa dalam kehidupan fikir dan zikir tidak dapat dipisahkan?


3.      Seberapa pentingkah fikir untuk dzikir dalam kehidupan kita?


 


 


 


BAB II


PEMBAHASAN


 


A.      PENGERTIAN FIKIR


  Berfikir merupakan suatu proses mencerna dan memahami kondisi yang ada di sekitar dalam rangka menghasilkan sebuah tanda tanya maupun jawaban yang muncul dalam diri seseorang. Dalam Islam seni berfikir sangat dihargai dan bahkan menjadi anjuran dari Allah agar seorang hamba dapat mengoptimalkan daya fikir dalam mencerna seluruh obyek di alam untuk mengetahui dan memahami pencipta itu sendiri. Apabila kita membaca Al-Quran akan ditemukan sangat banyak ayat yang memerintahkan dan menuntun supaya berfikir, oleh karena itu aktivitas kegiatan berfikir menjadi suatu hal yang cukup urgens dalam Islam.[1]


Seperti wahyu pertama yang turun kepa Nabi Saw, adalah perintah agar berpikir. Qs. Al-alaq:1-5



Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia ciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah karena Tuhanmu itu sangat mulia; Yang mengajar dengan Qalam. Dia mengajar manusia apa yang mereka tidak tahu.


 


Perintah membaca pada ayat diatas, bukan hanya dalam konteks dimana Nabi disuruh oleh malaikat Jibril membaca saat turun wahyu pertama saja, akan tetapi bisa kita tafsirkan secara luas dalam konteks masa kini. Dimana membaca adalah awal dari berpikir. Awal dari mencari tahu dan melakukan penyelidikan, awal dari menganalisa serta awal dari suatu pemahaman ataupun kesimpulan.


       Dari surah diatas kita bisa belajar banyak hal, bahwa Tuhan sendiri sejak awal tidak menyuruh manusia untuk mematikan rasio atau kemampuan intelegensianya, sebaliknya manusia disuruh untuk membaca kekuasaan Tuhannya, mewajibkan manusia menganalisa melalui ilmu kedokteran untuk mencari tahu bagaimana proses awal dari kelahiran manusia itu sendiri sehingga diharapkan manusia itu menjadi sadar betapa kompleks dan rapinya karya Tuhan dalam penciptaan, karena itu secara sadar dan logis kitapun diharapkan untuk memuliakan-Nya.


Berfikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita. Berfikir merupakan proses yang “dialektis” artinya selama ini kita berfikir, pikiran kita dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan kita. Dalam berfikir kita memerlukan alat yaitu akal(rasio). Hasil berfikir dapat diwujudkan dengan bahasa dan kata. Kita tidak mungkin dapat memahami pikiran seseorang kalau tidak diwujudkan dalam bentuk ucapan, tulisan atau isyarat. Pikiran dan perkataan adalah identik, tidak berbeda satu sama lainnya. Pikiran adalah perkataan dan perkataan adalah pikiran. Angan-angan, khayalan, pikiran yang berkecamauk dalam dada dan kepala kita tidak lain adalah bisikan kata yang amat lembut. Kata-kata mewakili pikiran ini bukan sekedar coretan pena yang dituliskan atau suara gaduh yang diucapkan, tetapi merupakan susunan kata yang mewakili maksud tertentu yang lengkap.[2]


       Melihat sejarah umat Islam ke belakang, pada hakikatnya besar dan berkembangnya Islam tidak terlepas dari gerakan yang cukup besar dari aktivitas pola fikir para mujtahid dalam berbagai disiplin keilmuan Islam . Para imam mujtahid dalam hukum Islam misalnya, merumuskan hukum Islam dalam bentuk yang spesifik dan rinci diberbagai masalah yang tidak ditemukan jawabannnya baik dalam Al-Quran, sunnah rasul maupun perilaku para sahabat sehingga harus berfikir secara mendalam untuk menemukan jawaban-jawabannya dengan mencurahkan segala kemampuan yang mereka miliki.


 


1.      Langkah-langkah Berfikir Filosif Berdasarkan Al-Quran


     Karena kedudukan dan peranan berpikir begitu penting, al-Quran tidak saja memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya, tetapi juga memberikan pedoman, langkah-langkah metodelogis, serta teknis penggunaan akal dengan metode dan teknis yang lurus dan meluruskan kearah pencapaian kebenaran yang sebenarnya (haq). Jika kandungan al-quran diteliti dan dikaji, akan ditemukan langkah-langkah sebagai berikut:


1.         Al-Taharrur min quyud al-Takhalush‘an Aghlal al-Taqlid. Yaitu, upaya membebaskan pemikiran dari belenggu taqlid serta menggunakan kebebasan berpikir sesuai dengan prinsip-prinsip pengetahuan (metode ilmiah).


2.         Al-Ta’ammul wa al Musyahadah. Yaitu langkah meditasi dan pencarian bukti atau data ilmiah empiris.


3.         Al-Bahts wa al-Muwajanah wa al-Istiqra. Yaitu langkah analisis, pertimbangan, dan induksi. Langkah ini merupakan kegiatan penalaran dengan pedoman pada prinsip penalaran untuk menemukan kebenaran filosofis dari data-data empiric yang ditemukan.


4.         Al-Hukm mabni ‘ala al-Dalil wa al-Burhan. Yaitu langkah membuat keputusan ilmiah yang didasarkan atas argument dan bukti ilmiah.


Manusia mesti menyadari keterbatasan kemampuan akal dalam memikirkan objek pikir. Oleh karena itu kerap kali terjadi kesalahan-kesalahan dalam melakukan kegiatan berpikir.  Adapun kesalahan berfikir bisa disebabkan oleh:


1.        Ketergesa-gesaan dalam membuat keputusan


2.        Menganggap mudah dalam mengajukan proposisi, tidak teliti dan tidak hati-hati


3.        Membangga-banggakan kemampuan pikir dan pendapat diri sendiri


4.        Tradisi yang keliru


5.        Mengikuti hawa nafsu


6.        Senang berselisih pendapat


7.        Haus pujian orang lain.


2.      Prinsip-prinsip Pentingnya Berfikir


Didalam Al-quran , ditemukan prinsip-prinsip pentingnya berpikir, yaitu:


a.    Salah satu ciri yang membedakan manusia dari hewan terletak pada potensi nalar (nathik), kegiatan nalar, atau kegiatan berpikir dalam merenungkan obyek pikir. Eksistensi dan fungsionalisasi akal dapat meningkatkan derajat dan status keberadaan manusia dalam menjalankan tugas sebagai pemegang amanat, ibadah, risalah, dan khilafah di muka bumi.


b.    Berpikir termasuk kegiatan bersyukur terhadap nikmat Allah, sedangkan mensyukuri nikmat Allah termasuk ketaatam yang bernilai ibadah. Jadi, berpikir itu pada hakekatnya adalah ibadah yang merupakan bagian dari amanat kemanusiaan.


c.    Al-quran mengecam orang-orang yang taqlid dan orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi indrawinya.


d.   Rasulullah, penerima al-quran yang pertama dalam sabdanya sering menerangkan kemulyaan orang-orang yang berilmu. Bahkan, nilai kerja seseorang yang lahir dari pemikiran dipandang lebih baik dari pada pekerjaan yang tidak berdasarkan pamikiran (ilmu).


e.    Bahwa berpikir itu sangat penting, apalagi mengetahi metodelogi berpikir yang akan menjadi penuntun kearah berpikir benar dalam menegakan kebenaran yang sebenar-benarnya.[3]


 


 


B.     ZIKIR


Dalam Islam umat Islam tidak hanya dituntut dalam mengenal Tuhan, alam, termasuk dirinya sendiri hanya dengan melalui berfikir. Ada satu cara yang tujuannya untuk mendekatkan diri dan lebih dekat kepada pencipta seluruh alam semesta dengan melalui berzikir. Dalam pengertian sempit zikir dimaknakan dengan kegiatan mengucapkan nama-nama Allah yang agung dan mulia dalam rangka memuji dan membesarkannya. Dalam pengertian luas zikir adalah seluruh aktivitas dan gerak memahami kekuasaan Allah yang tujuannya untuk lebih dekat denganNya. Oleh karena itu, perintah zikir tidak hanya pada saat sholat, di masjid, mushola, dan sebagainya. Tetapi dalam seluruh kondisi dan tempat selalu dituntut untuk tetap berzikir. Dimana dalam surah Al-Imran:191 yang artinya :


(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.


Ayat diatas mendahulukan zikir, karena dengan zikir mengingat Allah dan menyebut-nyebutkan nama dan keagungan-Nya, hati akan menjadi tenang, dan dengan ketenangan pikiran akan menjadi cerah, bahkan siap untuk memperoleh limpah ilham dan bimbingan ilahi, untuk mendapatkan pengtahuan Zikir adalah pemujaan, pengagungan, pemujian dan kebijaksanaan Allah SWT. Dengan kesempurnaan, kemuliaan, dan keindahan yang dilafalkan dengan mulut atau terdetik dalam hati .
Ayat diatas juga menunjukkan bahwa semakin banyak hasil yang diperoleh dari zikir, maka semakin luas pengetahuan tentang alam raya, semakin dalam pula rasa takut kepada-Nya, yang antara lain tercermin pada permohonan untuk dihindarkan dari siksaan dan neraka.


Zikir dapat dibagi kedalam dua bagian, pertama, zukir lisan; kedua, zikir qalbi. Zikir qalbi yaitu zikir yang disertai dengan muraqabah dan tafakkur lebih utama daripada zikir lisan. Muraqabah yaitu mengingat Allah dalam hati.[4]


C.    FIKIR UNTUK ZIKIR


Seperti dijelasakan pada ayat sebelumnya surah Al-imran ayat 191 yang artinya “ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : ya Tuhan kami tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka.


Ayat di atas begitu jelas menggambarkan bahwa kegiatan berfikir tidak dibatasi oleh kondisi dan situasi apa pun tetapi harus terus dilakukan secara terus-menerus.  Dan perlu dicatat bahwa Islam tidak memisahkan proses zikir dan fikir. Apabila dicermati lebih jauh kerangka kerja antara fikir dan zikir dalam kehidupan sehari-hari kita akan dapat membedakannya sebagai dua potensi yang menghasilkan efek berbeda. Berfikir mencoba dan menemukan apa yang belum diketahui untuk selanjutnya merumuskannya. Hasilnya pun tidak hanya sebatas untuk kepentingan pribadi, tetapi dapat bermanfaat kepada umat manusia. Sebagai contoh, Ibn sina, ibn Rusydi, ibn batutah, dan sebagainya menghasilkan beragam karya yang sampai sekarang dapat dimanfaatkan seluruh umat manusia.


Sedangkan zikir punya efek yang lebih kuat dan besar hanya kepada individu pelakunya sendiri. Dengan bentuk perbaikan perilaku, akhlak , kebaikan, dan dekatnya kepada sang pencipta. Namun keduanya, tetap menyatu pada diri seseorang sekalipun saling punya kekuatan yang positif bagi seorang muslim. Dengan menyeimbangkan antara berfikir dan berzikir, berfikir untuk menganali dan memahami Ayat-ayat Allah, sedangkan berzikir untuk menyucikan kita dalam berfikir, karena konsep mencari ilmu dalam perspektif islam dibangun diatas kesalehan dan kejernihan hati pencarinya.


fikir dan zikir dalam Al-Quran dimaksudkan tidak lain adalah sebagai sebuah sarana atau alat yang dapat menyampaikan seseorang hamba kepada kesimpulan tauhid yang kuat dan kokoh dengan adanya pengakuan secara sadar dan mendalam dari fenomena di alam ini akan kebesaran dan kuasanya Allah. Selanjutnya, supaya kita mengenal kedudukan dan status diri kita yang hina, lemah dan tidak ada daya upaya untuk menentang Allah Swt. Sehingga fikir dan zikir adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam memperoleh pengetahuan karena zikir merupakan penyucian terhadap fikir, oleh karena itu apabila kita mendapatkan potensi berfikir yang lebih maka harus memperganakan untuk memahami ayat-ayat Allah.


 



KESIMPULAN


 


       Berfikir merupakan suatu proses mencerna dan memahami kondisi yang ada di sekitar dalam rangka menghasilkan sebuah tanda tanya maupun jawaban yang muncul dalam diri seseorang. Secara umum berfikir yaitu memberikan peranan kepada akal agar menemukan jalan keluar dari permasalahan.


       Dalam pengertian sempit zikir dimaknakan dengan kegiatan mengucapkan nama-nama Allah yang agung dan mulia dalam rangka memuji dan membesarkanNya. Dalam pengertian luas zikir adalah seluruh aktivitas dan gerak memahami kekuasaan Allah yang tujuannya untuk lebih dekat denganNya.


       Fikir dan zikir adalah dua potensi sangat besar yang hanya dimiliki seorang muslim yang  serius menfungsikannya. Dengan kedua potensi ini dimaksudkan agar dapat menjadi seorang hamba merasakan betapa besar dan agung Allah, besertaan merasa hina dan lemahnya manusia di hadapan-Nya. Dengan demikian, akan berdampak positif tidak hanya kepada individu tertentu masyarakat sampai bangsa tercinta ini.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


DAFTAR PUSTAKA


 


 


 


Al-Kandhalawi, Maulana Muhammad Zakariyya. 1993, Kitab Fahail A’mal. Jawa Barat: Pustaka Ramadhan


 


Mundiri. 2010, Logika. Jakarta: Rajawali Pers


D:\dwnload gw\Filsafat Dakwah .htm


 


Http://Sinergitas antara fikir dan zikir.htm


 






[1] Http://Sinergitas antara fikir dan zikir.htm


[2] Drs.H.Mundiri. Logika. Jakarta:2010. Hal. 8-9


[3] D:\dwnload gw\Filsafat Dakwah .htm


[4] Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandhalawi,. Kitab Fahail A’mal. Jawa Barat:1993. Hal.99

0 comments:

Post a Comment